Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

KSA CLOCK

Senin, 23 Januari 2012

Arti Kehidupan

Assalamualikum warohmatullohi wabrokatuh
Alhamdulliah hirobil alamin,kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang mana dalam kesempatan kali ini
kita sekalian telah di berikan kesehatan dan selalu ada dalam lindungannya,amien


(a)Apa itu kehidupan..?  (b)Untuk apa kita hidup..?
(c)Dari apa kita di ciptakan..? dan (d)kemana kita pulang setelah  mati..?


Mari kita bahas bersama ke empat kategori tersebut.
Menurut saya : Apa itu kehidupan..? Kehidupan adalah suatu perjuangan,yang mana kita harus benar-benar berjuang demi hidup itu sendiri.manusia membela hidupnya dengan berbagai macam cara yang dia lakukan ,masing-masing mempunyai cara sendiri-sendiri.nah pada intinya adalah membela hidup untuk menjaga kematiannya.


Yang kedua adalah : Untuk apa kita hidup..?
hidup adalah untuk berjuang,dan perjuangan itu mempunyai tujuan masing masing.


Yang ketiga adalah : Dari apa Kita di ciptakan..?
Kita diciptakan dari sari pati tanah yang mana Allah telah menyempurnakannya dalam bentuk Manusia.


Yang keempat adalah : Kemana kita pulang setelah mati..?
setelah mati tentunya kita pulang menuju kepada siapa yang telah menghidupkan kita dan mematikan kita di dunia ini.dan dalam menuju kita pulang banyak orang yang tidak tahu kemana sebenarnya kita akan kembali.




.   

Arti Ma'rifat

Hati ini diciptakan Allah untuk menjadi tempat kebahagiaan hakiki. Karena itu hati harus selalu dekat dengan Allah. Bila hati sudah terisi dunia, Allah tidak mau mengisinya. Begitu pun cinta kepada manusia, harus yang dapat mendekatkan kepada Allah.

Cinta kepada anak istri dibolehkan sepanjang menjadi pengingat kepada Allah. Sebaliknya, bila cinta kepada anak istri membuat lalai, berjarak, dan jauh dari Allah, maka segera kurangi cinta itu. Cukuplah cinta sekadarnya saja. Bagaimana pun, makhluk tidak boleh menjadi penghalang cinta kepada Allah.

Jika kita merasa sudah bergaul dengan banyak orang, namun hati merasa tidak nyaman dan terasa keras, ini sebenarnya gejala bahwa Allah masih ingin dekat dengan kita. Tapi bila masih nyaman saja bergaul dan berbincang dengan banyak orang, maka bisa jadi itu gejala hijab dengan Allah.

Sebelum kita minta sesuatu, Allah sudah sangat tahu kebutuhan kita. Karena memang Allah yang membuat kebutuhannya. Tapi, Allah sangat menyukai hamba-Nya yang memohon, berdoa dengan segala kerendahan. Berdoa dengan hati yang bersih, adalah ciri dikabulkannya doa. Jika Allah ingin memberikan mustajab (terkabulnya) doa, maka Allah juga akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berdoa dengan khusyu.

Ciri seorang ahli ma’rifat adalah selalu merasa membutuhkan Allah. Tidak pernah merasa tenang dan nyaman, bila bersandar kepada selain Allah. Bila mau bicara, ia minta dituntun Allah. Selama bicara pun ia selalu berdoa, minta diampuni jika khilaf. Bila sedekah, ia juga minta diberi keikhlasan. Bila berjalan, minta dijaga pandangannya. Pokoknya, ia selalu minta yang terbaik dari Allah. Sebaliknya, orang yang tidak kenal Allah, jarang meminta kepada Allah. Ia merasa sudah tahu dan bisa berbuat dengan ilmunya.

Orang yang ma’rifat juga sangat takut jika tidak dibimbing dan dilindungi Allah. Kebahagiaannya justru dari ketidaknyamanan karena takut kepada Allah. Karena baginya, kebahagiaan sejati adalah bila takut dan harap kepada Allah semata.

Arti Thoreqat

 Secara bahasa thoriqoh, thariqah, atau tarekat berarti “jalan” atau “metode”, dan mengacu kepada aliran tasawuf atau sufisme dalam Islam. Praktik spiritual untuk mencapai ”hakikat” atau kebenaran hakiki.
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh Salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat. Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Allah. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Tarekat berbeda-beda karena hal itu soal ”teknis” mendekatkan diri kepada Allah. Fungsi tarekat secara umum adalah ikhtiar/upaya mendekatkan diri kepada Allah. Wallahu a’lam


Penjelasan 



Tarekat berasal daripada perkataan Arab bermaksud jalan atau cara. Yang dimaksudkan di sini ialah jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari sudut istilah ia merujuk kepada aliran-aliran yang wujud dalam amalan tasawwuf atau amalan penyucian hati dan jiwa yang selalunya difokuskan kepada pengamalan zikir-zikir tertentu yang disusun dan dihimpunkan oleh tokoh-tokoh ulama tertentu.

Amalan penyucian diri atau lebih dikenali dengan nama Tasawwuf adalah sebahagian amalan yang dituntut oleh Islam. Ia berdasarkan sebuah hadis sahih Bukhari dan Muslim yang menceritakan kisah Jibril `alihissalam bertemu dengan baginda saw dan bertanya beberapa soalan penting tentang agama. Antara ialah tentang apa itu iman, apa itu islam dan apa itu ihsan. Baginda menjelaskan bahawa iman itu ialah kamu beriman kepada Allah, MalaikatNya, Rasul-rasulNya, Kitab-kitabNya, Hari Akhirat dan dengan ketentuan baik dan buruk. Islam pula ialah kamu memberi kesaksian bahawa Tiada Tuhan yang mesti disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mengerjakan solat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan mengerjakan haji ke Baitillah sekiranya mampu. Ihsan pula ialah bahawa kamu beribadah/memperhambakan diri kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya. Sekiranya kamu tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihat kamu.
Iman berkaitan dengan ilmu aqidah iaitu kumpulan keyakinan di hati terhadap perkara-perkara ghaib. Ia melahirkan ilmu Tauhid atau Usuliddin. Islam pula berkaitan dengan pengamalan zahir seperti solat dan sebagainya. Ia melahirkan ilmu Fiqh atau dikenali juga sebagai ilmu syariat. Ihsan pula berkaitan dengan penyucian jiwa. Dari perbahasan Ihsan inilah lahirlah ilmu tentang penyucian jiwa yang lebih dikenali kemudiannya sebagai ilmu Tasawwuf. Dari sini lahir pula aliran-aliran Tasawwuf yang pelbagai yang dikenali sebagai Tarekat. Kepelbagaian ini berlaku kerana perbezaan fokus amalan dan perbezaan bentuk-bentuk zikir yang digunakan dalam amalan seharian. Sebahagian zikir ini dipetik daripada al-Qur’an dan hadis, manakala sebahagiannya adalah susunan tokoh-tokoh ulama yang menjadi perintis kepada kumpulan Tarekat tersebut.
Umat Islam wajib menyucikan diri dengan pelbagai amalan yang membawa kepada penyucian hati. Antara amalan yang dianjurkan untuk penyucian jiwa ialah zikir-zikir seharian yang banyak disebut dalam al-Qur’an dan Hadis. Untuk menyucikan diri atau “menjadi ahli sufi”-menurut istilah beberapa pihak-tidak memerlukan diri mengikuti mana-mana kumpulan Tarekat. Umat Islam boleh beramal dengan apa sahaja amalan yang sabit menurut al-Qur’an dan Hadis atau beramal dengan apa sahaja bentuk zikir yang diajar oleh Nabi saw atau yang disusun oleh ulama tanpa perlu menggabungkan diri kepada mana-mana kumpulan Tarekat tersebut.Yang penting ialah membekalkan diri dengan ilmu dengan sentiasa mengikuti majlis-majlis ilmu dan beramal dengan panduan guru-guru yang bertaqwa dan wara`
Adapun, menggabungkan diri dengan kumpulan-kumpulan Tarekat ini adalah sesuatu yang baik kerana ia membantu seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan panduan seorang guru yang mengetua Tarekat-tarekat tersebut. Namun, perlu dipastikan kumpulan Tarekat tersebut tidak menyeleweng daripada aqidah yang benar dan syariat yang tepat. Ini berlaku kepada Apa yang segelintir kumpulan Tarekat yang wujud di alam Melayu. Justeru, rujukan perlu dibuat kepada pihak berkuasa agama untuk memastikan kumpulan Tarekat yang dikuti tidak menyeleweng.

Arti Haqekat

HAQ HAKAIQ, HAQEKAT. atau hakekat artinya benar dengan sebenar benarnya..adapun dalam pengertian di dalam RUKUN agama hakekat berada pada urutan ke 3
1.sareat 2.torekat 3.haqekat 4. makrifat
jika kita sudah mencapai pada urutan yang ke 3 berarti kita sudah mencapai ke mampuan pada kebenaran yang hakiki yang tidak bisa di ganggu gugat lagi ,di mana semua tindak kan kita akan di bimbing oleh allah pada kebenaran apa pun ,karena hati kita pada saat itu telah suci dari kotoran apa pun yang sering hinggap pada hati manusia pada umumnya hinggalah menuju pada makrifat pada awalnya

Penjelasan


Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air.


Karena hakikat sesuatu itu senantiasa ada, maka kalangan filsuf Islam ada yang memandang bahwa alam ini adalah kekal. Yang berubah pada alam ini hanya bentuk dan sifatnya, sedangkan intinya adalah bersifat lestari. Hakikat yang universal seperti ini disebut oleh al-Khindi dengan Haqiqah Kulliyah atau bisa disebut juga nahiyah.
Di samping hakikat yang universal tersebut ada lagi hakikat yang terdapat pada masing-masing benda atau pada sesuatu yang ada. Hakikat ini dapat dinamakan dengan Haqiqah Juz’iyah atau biasa juga disebut aniyah.
Bagi Ibnu Sina, dua hakikat yang disebut di atas hanya ada pada benak manusia, sedangkan yang tampak pada kenyataan adalah wujud hakikat tersebut. Jadi yang paling berperanan bagi Ibnu Sina pada sesuatu adalah wujudnya.
Istilah hakikat juga dipergunakan di kalangan tasawuf sebagai imbangan kata syariat. Kata hakikat disini identik dengan aspek kerohanian dari ajaran Islam. Karena itu kajian tentang hakikat dimulai dengan aspek moral yang dibarengi dengan aspek ibadah. Jika kedua aspek ini diamalkan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, akan meningkatlah kondisi mental seseorang dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi melewati fase-fase. Suatu saat, ketika kondisi mentalnya telah sampai pada tingkat tertinggi, Tuhan akan menerangi hati sanubari orang tersebut dengan nur-Nya, sehingga pada wakti itu ia betul-betul dengan dengan Tuhan, dapat mengenal Tuhan, dan dapat melihatNya dengan mata hatinya. Orang yang telah sampai pada tingkat ini di kalangan tasawuf dinamakan ahli hakikat.
Lebih jauh bila hakikat dipergunakan untuk Tuhan, maka artinya menurut kajian tasawuf ialah sifat-sifat Allah SWT. Adapun zat Allah SWT sendiri disebut dengan al-Haqq. Kajian tentang hakikat dan al-Haqq ini pertama kali dikembangkan oleh al-Hallaj, kemudian dikembangkan oleh Ibnu Arabi.
Bagi al-Hallaj, antara manusia dan Tuhan terdapat jarak sehingga masing-masing mempunyai hakikat sendiri-sendiri. Tetapi antara dua hakikat itu terdapat kesamaan. Dengan demikian bila kesamaan itu telah semakin mendekat, maka kaburlah garis pemisah antara keduanya. Ketika itu terjadilah persatuan ( hulul ) antara al-Haqq dan manusia.
Sedangkan bagi Ibnu Arabi, segala sesuatu yang ada berasal dari Tuhan. Oleh karena itu ia bergabung dalam wujud Tuhan. Kalau seandainya wujud Tuhan tidak ada, maka segala yang ada ( mawjud ) ini tidak pula akan ada. Karena itu ia menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada ini sebenarnya tidak mempunyai wujud sendiri. Wujud Tuhan adalah hakikat dari semua wujud yang ada ini.
Kata hakikat juga digunakan dalam ilmu balagah, sebagai lawan dari majaz ( metafora ). Yang dimaksud hakikat dalam ilmu balagah ialah lafal atau ungkapan yang dipergunakan sesuai dengan penegertian aslinya. Misalnya kata “tangan” biasanya dipakai untuk tangan sebagai salah satu anggota tubuh manusia, tetapi dapat pula diartikan dengan arti kekuasaan, seperti raja itu bertangan besi.

Arti Syariat

Arti Syariat
Syari’at bisa disebut syir’ah. Artinya secara bahasa adalah sumber air mengalir yangdidatangi manusia atau binatang untuk minum. Perkataan “syara’a fiil maa’i” artinyadatang ke sumber air mengalir atau datang pada syari’ah.Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah yangditurunkan untuk manusia.Kata “syara’a” berarti memakai syari’at. Juga kata “syara’a” atau “istara’a” berartimembentuk syari’at atau hukum. Dalam hal ini Allah berfirman, “Untuk setiap umat diantara kamu (umat Nabi Muhammad dan umat-umat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syari’at) dan jalan yang terang.” [QS. Al-Maidah (5): 48]“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) tentang urusanitu (agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yangtidak mengetahui.” [QS. Al-Maidah (5): 18].“Allah telah mensyari’atkan (mengatur) bagi kamu tentang agama sebagaimana apa yangtelah diwariskan kepada Nuh.” [QS. Asy-Syuuraa (42): 13].Sedangkan arti syari’at menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minalahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilannuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi.” Artinya, hukum-hukum(peraturan) yang diturunkan Allah swt. melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at Islam (asy-syari’atul islaamiyatu), istilah bentukan ini berarti, ” maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minalahkaami ‘alaa lisaani sayyidinaa muhammadin ‘alaihi afdhalush shalaati was salaamisawaa-un akaana bil qur-ani am bisunnati rasuulillahi min qaulin au fi’lin au taqriirin.”Maksudnya, syari’at Islam adalah hukum-hukum peraturan-peraturan) yang diturunkanAllah swt. untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. baik berupa Al-Qur’anmaupun Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.Terkadang syari’ah Islam juga dimaksudkan untuk pengertian Fiqh Islam. Jadi,maknanya umum, tetapi maksudnya untuk suatu pengertian khusus. Ithlaaqul ‘aammi wayuraadubihil khaashsh (disebut umum padahal dimaksudkan khusus).